I. Pengertian
Manajemen, Ritel, dan Manajemen Ritel
A. Pengertian
Manajemen
Menurut teori ada beberapa definisi
dari manajemen, sebagai contohnya kami ambil dua definisi yaitu yang pertama
adalah menurut Alex. S. Nitisemito (1992:9) manajemen adalah ilmu
dan seni untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang lain. Sedangkan
Menurut Malatu S.P. Hasibuan (1995:9) manajemen merupakan ilmu dan seni yang
mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sehingga dari dua definisi diatas
bisa diambil suatu kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu ilmu atau seni
yang merupakan proses perencanaan atau pengorganisasian yang mengatur proses
pemanfaatan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan tertentu.
B. Pengertian
Ritel
Berikut ini adalah definisi dari
ritel menurut Berman dan Evans (2001:3) “retail consists of the business activities
involved in selling goods and services to consumers for their personal, family,
or household use” yang bisa diartikan bahwa ritel merupakan kegiatan
bisnis yang terlibat dalam penjualan barang maupun jasa kepada konsumen untuk
kebutuhan pribadi, kebutuhan keluarga, atau kebutuhan rumah tangga. Sedangkan
Menurut Kamus, ritel adalah penjualan barang atau jasa kepada khalayak (Manser,
1995).
Jadi bisnis ritel adalah kegiatan
penjualan barang dan jasa antara pedagang dan konsumen dimana didalamnya terdapat
akttivitas-aktivitas yang saling mendukung dan mempengaruhi.
C. Pengertian
Manajemen Ritel
Setelah mengetahui definisi dari
manajemen dan retail maka bisa disimpulkan bahwa manajemen retail adalah
pengaturan keseluruhan faktor-faktor yang berpengaruh dalam perdagangan retail,
yaitu perdagangan langsung barang dan jasa kepada konsumen. Faktor-faktor yang
berpengaruh dalam bisnis retail adalah place, price, product, dan promotion
yang dikenal sebagai 4P.
II. Pengelompokan
Bisnis Ritel
a. Kepemilikan
( Owner )
§ Single-Store
Retailer (tipe yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumnya dibawah
100 m²)
§ Rantai
Toko Retail (toko retail dengan banyak cabang dan dimiliki oleh institusi
perseroan)
§ Toko
Waralaba (toko yang dibangun berdasarkan kontrak kerja sama waralaba antara
terwaralaba dengan pewaralaba)
b. Merchandise
Category
§ Specialty
Store/ Toko Khas (Menjual satu jenis kategori barang yang relative sedikit/
sempit)
§ Grocery
Store/ Toko Serba Ada (menjual barang groceries (sehari-hari))
§ Departement
Store (menjual sebagian besar bukan kebutuhan pokok, fashionable, bermerek,
dengan 80% pola konyinyasi)
§ Hyperstore(menjual
barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas)
c. Luas
Sales Area
§ Small
Store/kiosk (kios kecil yang umumnya merupakan toko retail tradisional,
dioperasikan sebagai usaha kecil dengan sales kurang dari 100 m²)
§ Minimarket
(dioperasikan dengan luasan sales area antara 100-1000 m²)
§ Supermarket
(dioperasikan dengan luasan sales area antara 1000-5000 m²)
§ Hypermarket
(dioperasikan dengan luasan sales area antara lebih dari 5000 m²)
d. Non-Store
Retailer Non-Store Retailer
§ Multi-Level-Marketing
(MLM) : Model penjualan barang secara langsung dengan system komisi penjualan
berperingkat berdasarkan status keanggotaan dalam distribution lines
§ Mail
& Phone Order Retailer ( Toko pesan antar ) : perusahaan yang melakukan
penjualan berdasarkan pesanan melalui surat atau telepon
§ Internet/
Online Store (e-Commerce) : Toko Retail di dunia maya yang mngadopsikan
internet ke dalam bentuk online retailing
Seperti kita lihat dari klasifikasi
diatas bahwa sekarang ini ada banyak sekali usaha dalam bisnis ritel yang
memudahkan para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Dari skala kecil sampai
skala besar demi menjangkau semua pasar. Dalam hal ini para pebisnis ritel
harus mempunyai manajemen yang baik jika ingin bisa terus bertahan dalam
usahanya
III. Faktor
Penting Dalam Usaha Bisnis Ritel
Faktor-faktor yang berpengaruh
dalam bisnis retail adalah place, price,
product, dan promotion yang
dikenal sebagai 4P.
a. Place
Menurut ( J.Supranto, 1998 ) Lokasi
yaitu tempat dimana perusahaan melakukan kegiatan sehari-hari. Salah pemilihan
lokasi perusahaan akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Dengan semakin
tajamnya persaingan dan banyaknya perusahaan sudah tidak mungkin lagi untuk
perusahaan melakukan coba-coba.
Bagi
seorang retailer untuk menentukan lokasi yang tepat bagi tokonya perlu
memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut (Basu Swastha dan Irawan, 1997 ):
§ Luas
daerah perdagangan;
§ Dapat
dicapai dengan mudah;
§ Potensi
pertumbuhannya;
§ Lokasi
toko-toko saingan.
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi potensi
penjualan dari lokasi toko baru adalah:
§ Dapat
dicapai dengan mudah;
§ Populasi;
§ Pesaing;
§ Batas-batas
daerah perdagangan.
b. Price
Basu Swastha (1996 : Hal 149 )
mendefinisikan harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan
sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang bersedia melepaskan
barang dan jasa yang dimiliki pihak lain. Dari pengertian diatas jelas bahwa
harga merupakan salah satu variabel yang penting dalam pemasaran, karena akan
mempengaruhi secara langsung terhadap hasil penjualan dan keuntungan yang
diperoleh perusahaan.
Tujuan penetapan harga :
Penetapan harga ini biasanya mempunyai beberapa
tujuan bagi produk yang dihasilkan. Tujuan tersebut antara lain:
a. Menetapkan laba maksimum.
Dalam kenyataannya, terjadi harga ditentukan oleh
penjual dan pembeli. Sebab makin besar pula kemungkinan bagi penjual mempunyai
harapan mendapatkan keuntungan yang maksimal.
b. Mencegah atau mengurangi persaingan.
Dapat dilakukan melalui kebijakan harga. Harga ini
dapat diketahui bagaimana penjual menawarkan barang dengan harga yang sama.
Oleh karena itu persaingannya hanya mungkin dilakukan tanpa melalui kebijakan
harga, tetapi melalui servis lain.
c. Memperbaiki atau mempertahankan pangsa
pasar.
Memperbaiki pangsa pasar dilakukan bila kemampuan
dibidang lain seperti di bidang pemasaran, keuangan, dan sebagainya. Dalam hal
ini harga merupakan faktor yang penting bagi perusahaan kecil dengan kemampuan
terbatas. Kemampuan harga ditujukan hanya skedar untuk
mempertahankan market share.
Prosedur Penetapan Harga :
Menurut Basu Swastha (1993:150) dalam prosedur penentuan
harga ada lima tahap yaitu:
a. Mengantisipasi
permintaan untuk produk tersebut.
b. Mengetahui
lebih dahulu reaksi dalam persaingan.
c. Menentukan market
share yang ditentukan.
d. Memilih
strategi harga untuk mencapai target pasar.
e. Mempertimbangkan
politik pemasaran perusahaan.
c. Product
Menentukan produk/jasa yang akan
ditawarkan ke pasar umumnya menjadi langkah paling awal. Ide mengenai produk
bisa didapatkan dari beberapa sumber. Cara termudah adalah dengan membandingkan
langsung produk sejenis seperti yang ingin dijual, dan melakukan riset
kecil-kecilan ke target pasar mengenai kelebihan dan kekurangan dari produk
tersebut. Hasil dari riset tersebut diharapkan memberikan informasi yang lebih
akurat bagi wirausaha mengenai prospek pasar yang akan dimasukinya dan produk
macam mana yang diharapkan oleh target pasar.
Melihat banyaknya produk yang
beredar di pasar maka keberhasilan bisnis ritel tergantung dari variasi produk
yang dihadirkan atau penyediaan produk yang mngkin hanya tersedia di bisnis
yang dipilih.
Mengembangkan
merek-merek berlabel (juga disebut merek-merek toko) yang merupakan produk –
produk yang dikembangkan dan dipasarkan oleh pelaku bisnis ritel dan hanya tersedia dari tempat bisnis ritel tersebut.
d. Promotion
(Promosi)
Aspek penting lainnya adalah
mengenai promosi dari produk. Bagaimana suatu produk akan dikenalkan ke pasar
agar pelanggan tergerak untuk membelinya. Salah satu cara berpromosi efektif
adalah dengan beriklan. Bagi wirausaha yang baru memulai bisnis, iklan
dilakukan dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi-nya. Untuk
mendapatkan efektifitas beriklan sebaiknya dilakukan pemilihan media iklan yang
benar-benar cocok dengan karakter target pasar dari produk. Mungkin tidak
diperlukan untuk memasang iklan di segala media/tempat karena belum tentu
berpengaruh kepada peningkatan penjualan. Selain itu pemasangan iklan juga
berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan. Pada tahap-tahap awal memulai
bisnis, sebaiknya masalah biaya mendapat perhatian khusus agar tidak menjadi
ganjalan dalam operasional usaha. Tentukan juga tujuan dari promosi, apakah
untuk menciptakan kesadaran merek atau dimaksudkan untuk meningkatkan
penjualan. Jangan lupa untuk mengukur hasil dari setiap kegiatan promosi yang
dilakukan, apakah sesuai dengan harapan atau masih perlu perbaikan untuk
kegiatan promosi berikutnya.
IV. Perusahaan
yang Melakukan Manajemen Ritel
1.
Indomaret
Merupakan jaringan minimarket yang
menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan
kurang dari 200 m2. Dikelola oleh PT Indomarco Prismatama, gerai pertama dibuka
pada November 1988 di Kalimantan. Tahun 1997, perusahaan mengembangkan bisnis
gerai waralaba pertama di Indonesia, setelah Indomaret teruji dengan lebih dari
230 gerai. Pada Mei 2003, Indomaret meraih penghargaan “Perusahaan Waralaba
2003” dari Presiden Megawati Soekarnoputri. Kini Indomaret mencapai lebih dari
4000 gerai. Dari total itu 52% adalah milik sendiri dan sisanya milik
masyarakat, yang tersebar di kota-kota di Jabotabek, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, Lampung, dan Medan.
Di tahun mendatang akan dibuka
cabang baru: Cirebon, Palembang, dan Ujungpandang.
Indomaret mudah ditemukan di daerah perumahan, gedung perkantoran dan fasilitas umum karena penempatan lokasi gerai didasarkan pada motto “mudah dan hemat”. Lebih dari 3.500 jenis produk makanan dan non-makanan tersedia dengan harga bersaing, memenuhi hampir semua kebutuhan konsumen sehari-hari. Didukung oleh pusat distribusi, yang menggunakan teknologi mutakhir, Indomaret merupakan salah satu aset bisnis yang sangat menjanjikan. Keberadaan Indomaret diperkuat oleh anak perusahaan di bawah bendera grup INTRACO, yaitu Indogrosir, BSD Plaza, dan Charmant.
Indomaret mudah ditemukan di daerah perumahan, gedung perkantoran dan fasilitas umum karena penempatan lokasi gerai didasarkan pada motto “mudah dan hemat”. Lebih dari 3.500 jenis produk makanan dan non-makanan tersedia dengan harga bersaing, memenuhi hampir semua kebutuhan konsumen sehari-hari. Didukung oleh pusat distribusi, yang menggunakan teknologi mutakhir, Indomaret merupakan salah satu aset bisnis yang sangat menjanjikan. Keberadaan Indomaret diperkuat oleh anak perusahaan di bawah bendera grup INTRACO, yaitu Indogrosir, BSD Plaza, dan Charmant.
2. LotteMart
Wholesale
LotteMart Wholesale dahulu
bernama Makro adalah sebuah layanan perdagangan mandiri dengan
perkiraan 40.000-50.000 anggota potensial di setiap toko.
Berbelanja di LotteMart
Wholesale adalah kombinasi dari harga rendah setiap hari, ragam
variasi produk Makanan dan Non Makanan, dan fokus yang jelas pada belanja
Anda; LotteMart Wholesale adalah MITRA BELANJA ANDA.
a. Konsep
LotteMart Wholesale
§ Harga
rendah, biaya rendah.
§ Melayani
diri sendiri, belanja secara tunai.
§ Menjual
berbagai macam variasi produk makanan dan non makanan.
§ Terbuka
untuk konsumen dan institusi yang telah terdaftar.
§ Lapangan
parkir yang luas (sampai dengan 1000 mobil).
§ LotteMart
Wholesale Mail sebagai media komunikasi antara LotteMart
Wholesale dan
anggotanya.
b. Keanggotaan
LotteMart Wholesale
LotteMart Wholesale dibuka
hanya untuk member. Untuk berbelanja di LotteMart Wholesale, pelanggan harus
terdaftar sebagai anggota. Untuk mendaftar sebagai anggota LotteMart
Wholesale, silakan kunjungi toko LotteMart Wholesale terdekat
dan menghubungi Customer Information Service, gratis.
Sembari menunggu pemrosesan kartu,
anda dapat langsung melakukan belanja pertama kalinya. Anda dapat meminta
kartu keanggotaan Anda kepada Information
Customer Service setelah Anda melakukan pembelanjaan pertama Anda. Sebagai
anggota LotteMart Wholesale, Anda berhak untuk menerima LotteMart
Wholesale mail. Untuk kenyamanan Anda, silakan ikuti peraturan berbelanja
di LotteMart Wholesale.
c. Visi
LotteMart Wholesale
Komitmen terbaik untuk melayani
pelanggan
d. Misi LotteMart
Wholesale
Distribusi produk dengan harga
istimewa, kualitas dan varietas untuk pelanggan profesional, menawarkan
keuntungan dan kesempatan untuk berkembang.
Ini berarti kami berusaha untuk menjadi:
§ Bagi
pelanggan kami - sumber suplai yang paling dapat diandalkan yang memberi mereka
kesempatan untuk bersaing di pasar mereka masing-masing.
§ Untuk
para pemasok kami - distributor dari produk mereka dengan biaya terendah untuk
jumlah nilai jual maksimum.
3. Alfamart
Semula PT Sumber Alfaria Trijaya
Tbk (Alfamart) bernama PT Alfa Mitramart Utama yang didirikan tanggal 22
Februari 1989. Kala itu pemegang saham perusahan adalah PT Alfa Retailindo Tbk
(51%) dan PT Lancar Distrindo (49%). Namun sejak 1 Agustus 2002 memakai
nama Sumber Alfaria Trijaya setelah beralih pemegang saham menjadi PT HM
Sampoerna Tbk (70%) dan PT Sigmantara Alfindo (30%).
Perusahaan yang berkantor pusat di
Jl. M.H. Thamrin No. 9, Tangerang ini memulai usaha komersilanya pada 1989
dalam bidang perdagangan rokok. Namun sejak tahun 2002, Alfamart bergerak
dalam kegiatan usaha perdagangan eceran untuk produk konsumen dengan
mengoperasikan jaringan minimarket dengan nama “Alfamart” yang berlokasi di
beberapa tempat di Jakarta, Cileungsi, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya,
Cirebon, Cilacap, Semarang, Lampung, Malang dan Bali.
Jaringan minimarket perusahaan yang
didirikan Djoko Susanto, mantan eksekutif produsen rokok raksasa, HM Sampoerna
ini terdiri dari minimarket milik sendiri dan minimarket dalam bentuk kerjasama
waralaba, dengan jumlah minimarket milik sendiri 2.396 (2009) dari semula 2.067
(2008) dan kerja sama waralaba 798 (2009) dari 592 (2008).
Patut dicatat, Alfamart adalah
perusahaan pertama yang berkukuh turun ke lantai bursa saat korporasi lainnya
memilih untuk menunda atau bahkan membatalkan IPO, pada tahun 2009. Bahkan di
industri ritel, Alfamart adalah perusahaan minimarket pertama yang melakukan
aksi korporasi ini. Dengan kata lain, Alfamart merupakan minimarket pertama di
Indonesia yang go public.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar