Minggu, 12 Juni 2016

MANAJEMEN RITEL

I.   Pengertian Manajemen, Ritel, dan Manajemen Ritel
A.     Pengertian Manajemen
Menurut teori ada beberapa definisi dari manajemen, sebagai contohnya kami ambil dua definisi yaitu yang pertama adalah menurut Alex. S. Nitisemito (1992:9)  manajemen adalah ilmu dan seni untuk mencapai suatu tujuan melalui kegiatan orang lain. Sedangkan Menurut Malatu S.P. Hasibuan (1995:9) manajemen merupakan ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sehingga dari dua definisi diatas bisa diambil suatu kesimpulan bahwa manajemen merupakan suatu ilmu atau seni yang merupakan proses perencanaan atau pengorganisasian yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu.

B.     Pengertian Ritel
Berikut ini adalah definisi dari ritel menurut Berman dan Evans (2001:3) “retail consists of the business activities involved in selling goods and services to consumers for their personal, family, or household use” yang bisa diartikan bahwa ritel merupakan kegiatan bisnis yang terlibat dalam penjualan barang maupun jasa kepada konsumen untuk kebutuhan pribadi, kebutuhan keluarga, atau kebutuhan rumah tangga. Sedangkan Menurut Kamus, ritel adalah penjualan barang atau jasa kepada khalayak (Manser, 1995).
Jadi bisnis ritel adalah kegiatan penjualan barang dan jasa antara pedagang dan konsumen dimana didalamnya terdapat akttivitas-aktivitas yang saling mendukung dan mempengaruhi.

 C.    Pengertian Manajemen Ritel
Setelah mengetahui definisi dari manajemen dan retail maka bisa disimpulkan bahwa manajemen retail adalah pengaturan keseluruhan faktor-faktor yang berpengaruh dalam perdagangan retail, yaitu perdagangan langsung barang dan jasa kepada konsumen. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam bisnis retail adalah place, price, product, dan promotion yang dikenal sebagai 4P.

II.   Pengelompokan Bisnis Ritel
a.      Kepemilikan ( Owner )
§  Single-Store Retailer (tipe yang paling banyak jumlahnya dengan ukuran toko umumnya dibawah 100 m²)
§  Rantai Toko Retail (toko retail dengan banyak cabang dan dimiliki oleh institusi perseroan)
§  Toko Waralaba (toko yang dibangun berdasarkan kontrak kerja sama waralaba antara terwaralaba dengan pewaralaba)
b.      Merchandise Category
§  Specialty Store/ Toko Khas (Menjual satu jenis kategori barang yang relative sedikit/ sempit)
§  Grocery Store/ Toko Serba Ada (menjual barang groceries (sehari-hari))
§  Departement Store (menjual sebagian besar bukan kebutuhan pokok, fashionable, bermerek, dengan 80% pola konyinyasi)
§  Hyperstore(menjual barang dalam rentang kategori barang yang sangat luas)
c.       Luas Sales Area
§  Small Store/kiosk (kios kecil yang umumnya merupakan toko retail tradisional, dioperasikan sebagai usaha kecil dengan sales kurang dari 100 m²)
§  Minimarket (dioperasikan dengan luasan sales area antara 100-1000 m²)
§  Supermarket (dioperasikan dengan luasan sales area antara 1000-5000 m²)
§  Hypermarket (dioperasikan dengan luasan sales area antara lebih dari 5000 m²)
 d.      Non-Store Retailer Non-Store Retailer
§  Multi-Level-Marketing (MLM) : Model penjualan barang secara langsung dengan system komisi penjualan berperingkat berdasarkan status keanggotaan dalam distribution lines
§  Mail & Phone Order Retailer ( Toko pesan antar ) : perusahaan yang melakukan penjualan berdasarkan pesanan melalui surat atau telepon
§  Internet/ Online Store (e-Commerce) : Toko Retail di dunia maya yang mngadopsikan internet ke dalam bentuk online retailing
Seperti kita lihat dari klasifikasi diatas bahwa sekarang ini ada banyak sekali usaha dalam bisnis ritel yang memudahkan para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Dari skala kecil sampai skala besar demi menjangkau semua pasar. Dalam hal ini para pebisnis ritel harus mempunyai manajemen yang baik jika ingin bisa terus bertahan dalam usahanya

III.  Faktor Penting Dalam Usaha Bisnis Ritel
Faktor-faktor yang berpengaruh dalam bisnis retail adalah place, price, product, dan promotion yang dikenal sebagai 4P.
a.       Place
Menurut ( J.Supranto, 1998 ) Lokasi yaitu tempat dimana perusahaan melakukan kegiatan sehari-hari. Salah pemilihan lokasi perusahaan akan mengakibatkan kerugian bagi perusahaan. Dengan semakin tajamnya persaingan dan banyaknya perusahaan sudah tidak mungkin lagi untuk perusahaan melakukan coba-coba.
          Bagi seorang retailer untuk menentukan lokasi yang tepat bagi tokonya perlu memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut (Basu Swastha dan Irawan, 1997 ):
§   Luas daerah perdagangan;
§   Dapat dicapai dengan mudah;
§   Potensi pertumbuhannya;
§   Lokasi toko-toko saingan.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi potensi penjualan dari lokasi toko baru adalah:
§   Dapat dicapai dengan mudah;
§   Populasi;
§   Pesaing;
§   Batas-batas daerah perdagangan.

b.     Price
Basu Swastha (1996 : Hal 149 ) mendefinisikan harga adalah nilai suatu barang atau jasa yang diukur dengan sejumlah uang dimana berdasarkan nilai tersebut seseorang bersedia melepaskan barang dan jasa yang dimiliki pihak lain. Dari pengertian diatas jelas bahwa harga merupakan salah satu variabel yang penting dalam pemasaran, karena akan mempengaruhi secara langsung terhadap hasil penjualan dan keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Tujuan penetapan harga :
Penetapan harga ini biasanya mempunyai beberapa tujuan bagi produk yang dihasilkan. Tujuan tersebut antara lain:
a.       Menetapkan laba maksimum.
Dalam kenyataannya, terjadi harga ditentukan oleh penjual dan pembeli. Sebab makin besar pula kemungkinan bagi penjual mempunyai harapan mendapatkan keuntungan yang maksimal.
b.      Mencegah atau mengurangi persaingan.
Dapat dilakukan melalui kebijakan harga. Harga ini dapat diketahui bagaimana penjual menawarkan barang dengan harga yang sama. Oleh karena itu persaingannya hanya mungkin dilakukan tanpa melalui kebijakan harga, tetapi melalui servis lain.
c.       Memperbaiki atau mempertahankan pangsa pasar.
Memperbaiki pangsa pasar dilakukan bila kemampuan dibidang lain seperti di bidang pemasaran, keuangan, dan sebagainya. Dalam hal ini harga merupakan faktor yang penting bagi perusahaan kecil dengan kemampuan terbatas. Kemampuan harga ditujukan hanya skedar untuk mempertahankan market share.

Prosedur Penetapan Harga :
Menurut Basu Swastha (1993:150) dalam prosedur penentuan harga ada lima tahap yaitu:
a.       Mengantisipasi permintaan untuk produk tersebut.
b.      Mengetahui lebih dahulu reaksi dalam persaingan.
c.       Menentukan market share yang ditentukan.
d.      Memilih strategi harga untuk mencapai target pasar.
e.       Mempertimbangkan politik pemasaran perusahaan.

c.       Product
Menentukan produk/jasa yang akan ditawarkan ke pasar umumnya menjadi langkah paling awal. Ide mengenai produk bisa didapatkan dari beberapa sumber. Cara termudah adalah dengan membandingkan langsung produk sejenis seperti yang ingin dijual, dan melakukan riset kecil-kecilan ke target pasar mengenai kelebihan dan kekurangan dari produk tersebut. Hasil dari riset tersebut diharapkan memberikan informasi yang lebih akurat bagi wirausaha mengenai prospek pasar yang akan dimasukinya dan produk macam mana yang diharapkan oleh target pasar.
Melihat banyaknya produk yang beredar di pasar maka keberhasilan bisnis ritel tergantung dari variasi produk yang dihadirkan atau penyediaan produk yang mngkin hanya tersedia di bisnis yang dipilih.
Mengembangkan merek-merek berlabel (juga disebut merek-merek toko) yang merupakan produk – produk yang dikembangkan dan dipasarkan oleh pelaku bisnis ritel dan hanya tersedia dari tempat bisnis ritel tersebut.

d.     Promotion (Promosi)
Aspek penting lainnya adalah mengenai promosi dari produk. Bagaimana suatu produk akan dikenalkan ke pasar agar pelanggan tergerak untuk membelinya. Salah satu cara berpromosi efektif adalah dengan beriklan. Bagi wirausaha yang baru memulai bisnis, iklan dilakukan dengan mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi-nya. Untuk mendapatkan efektifitas beriklan sebaiknya dilakukan pemilihan media iklan yang benar-benar cocok dengan karakter target pasar dari produk. Mungkin tidak diperlukan untuk memasang iklan di segala media/tempat karena belum tentu berpengaruh kepada peningkatan penjualan. Selain itu pemasangan iklan juga berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan. Pada tahap-tahap awal memulai bisnis, sebaiknya masalah biaya mendapat perhatian khusus agar tidak menjadi ganjalan dalam operasional usaha. Tentukan juga tujuan dari promosi, apakah untuk menciptakan kesadaran merek atau dimaksudkan untuk meningkatkan penjualan. Jangan lupa untuk mengukur hasil dari setiap kegiatan promosi yang dilakukan, apakah sesuai dengan harapan atau masih perlu perbaikan untuk kegiatan promosi berikutnya.

IV.  Perusahaan yang Melakukan Manajemen Ritel
1.     Indomaret 
Merupakan jaringan minimarket yang menyediakan kebutuhan pokok dan kebutuhan sehari-hari dengan luas penjualan kurang dari 200 m2. Dikelola oleh PT Indomarco Prismatama, gerai pertama dibuka pada November 1988 di Kalimantan. Tahun 1997, perusahaan mengembangkan bisnis gerai waralaba pertama di Indonesia, setelah Indomaret teruji dengan lebih dari 230 gerai. Pada Mei 2003, Indomaret meraih penghargaan “Perusahaan Waralaba 2003” dari Presiden Megawati Soekarnoputri. Kini Indomaret mencapai lebih dari 4000 gerai. Dari total itu 52% adalah milik sendiri dan sisanya milik masyarakat, yang tersebar di kota-kota di Jabotabek, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Jawa Timur, Bali, Lampung, dan Medan.
Di tahun mendatang akan dibuka cabang baru: Cirebon, Palembang, dan Ujungpandang.
Indomaret mudah ditemukan di daerah perumahan, gedung perkantoran dan fasilitas umum karena penempatan lokasi gerai didasarkan pada motto “mudah dan hemat”. Lebih dari 3.500 jenis produk makanan dan non-makanan tersedia dengan harga bersaing, memenuhi hampir semua kebutuhan konsumen sehari-hari. Didukung oleh pusat distribusi, yang menggunakan teknologi mutakhir, Indomaret merupakan salah satu aset bisnis yang sangat menjanjikan. Keberadaan Indomaret diperkuat oleh anak perusahaan di bawah bendera grup INTRACO, yaitu Indogrosir, BSD Plaza, dan Charmant.

2.     LotteMart Wholesale
LotteMart Wholesale dahulu bernama Makro adalah sebuah layanan perdagangan mandiri dengan perkiraan 40.000-50.000 anggota potensial di setiap toko.
Berbelanja di LotteMart Wholesale adalah kombinasi dari harga rendah setiap hari,  ragam variasi produk Makanan dan Non Makanan,  dan fokus yang jelas pada belanja Anda; LotteMart Wholesale adalah MITRA BELANJA ANDA.  
a.     Konsep LotteMart Wholesale
§  Harga rendah, biaya rendah. 
§  Melayani diri sendiri, belanja secara tunai. 
§  Menjual berbagai macam variasi produk makanan dan non makanan. 
§  Terbuka untuk konsumen dan institusi yang telah terdaftar. 
§  Lapangan parkir yang luas (sampai dengan 1000 mobil).
§  LotteMart Wholesale Mail sebagai media komunikasi antara LotteMart
Wholesale dan anggotanya.
b.     Keanggotaan LotteMart Wholesale
LotteMart Wholesale dibuka hanya untuk member. Untuk berbelanja di LotteMart Wholesale, pelanggan harus terdaftar sebagai anggota. Untuk mendaftar sebagai anggota LotteMart Wholesale, silakan kunjungi toko LotteMart Wholesale terdekat dan menghubungi Customer Information Service, gratis.
Sembari menunggu pemrosesan kartu, anda dapat langsung melakukan belanja pertama kalinya. Anda dapat meminta kartu keanggotaan Anda kepada Information Customer Service setelah Anda melakukan pembelanjaan pertama Anda. Sebagai anggota LotteMart Wholesale, Anda berhak untuk menerima LotteMart Wholesale mail. Untuk kenyamanan Anda, silakan ikuti peraturan berbelanja di LotteMart Wholesale.
c.     Visi LotteMart Wholesale
Komitmen terbaik untuk melayani pelanggan
 d.     Misi LotteMart Wholesale 
Distribusi produk dengan harga istimewa, kualitas dan varietas untuk pelanggan profesional, menawarkan keuntungan dan kesempatan untuk berkembang.
Ini berarti kami berusaha untuk menjadi:
§  Bagi pelanggan kami - sumber suplai yang paling dapat diandalkan yang memberi mereka kesempatan untuk bersaing di pasar mereka masing-masing.
§  Untuk para pemasok kami - distributor dari produk mereka dengan biaya terendah untuk jumlah nilai jual maksimum.

3.     Alfamart
Semula PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (Alfamart) bernama PT Alfa Mitramart Utama yang didirikan tanggal 22 Februari 1989. Kala itu pemegang saham perusahan adalah PT Alfa Retailindo Tbk (51%) dan PT Lancar Distrindo (49%).  Namun sejak 1 Agustus 2002 memakai nama Sumber Alfaria Trijaya setelah beralih pemegang saham menjadi PT HM Sampoerna Tbk (70%) dan PT Sigmantara Alfindo (30%).
Perusahaan yang berkantor pusat di Jl. M.H. Thamrin No. 9, Tangerang ini memulai usaha komersilanya pada 1989 dalam bidang perdagangan rokok.  Namun sejak tahun 2002, Alfamart bergerak dalam kegiatan usaha perdagangan eceran untuk produk konsumen dengan mengoperasikan jaringan minimarket dengan nama “Alfamart” yang berlokasi di beberapa tempat di Jakarta, Cileungsi, Tangerang, Bekasi, Bandung, Surabaya, Cirebon, Cilacap, Semarang, Lampung, Malang dan Bali.
Jaringan minimarket perusahaan yang didirikan Djoko Susanto, mantan eksekutif produsen rokok raksasa, HM Sampoerna ini terdiri dari minimarket milik sendiri dan minimarket dalam bentuk kerjasama waralaba, dengan jumlah minimarket milik sendiri 2.396 (2009) dari semula 2.067 (2008) dan kerja sama waralaba 798 (2009) dari 592 (2008).
Patut dicatat, Alfamart adalah perusahaan pertama yang berkukuh turun ke lantai bursa saat korporasi lainnya memilih untuk menunda atau bahkan membatalkan IPO, pada tahun 2009. Bahkan di industri ritel, Alfamart adalah perusahaan minimarket pertama yang melakukan aksi korporasi ini. Dengan kata lain, Alfamart merupakan minimarket pertama di Indonesia yang go public.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar