1.
KONSEP PEMASARAN SECARA UMUM
o
Menciptakan
Nilai & Kepuasan Bagi Pelanggan
Menciptakan
pelanggan yang loyal adalah inti setiap bisnis. Satu-satunya nilai yang diciptakan
perusahaan adalah nilai yang berasal dari pelanggan itu yaitu semua nilai yang
anda miliki sekarang dan nilai yang akan anda miliki di masa depan. Suatu
bisnis disebut sukses jika berhasil mendapatkan, mempertahankan, dan
menumbuhkan pelanggan. Pelanggan merupakan satu-satunya alasan perusahaan
membangun pabrik, mempekerjakan karyawan, menjadwalkan rapat, membuat jalur
serat optik, atau melibatkan diri dalam aktivitas bisnis apapun. Tanpa
pelanggan, anda tidak mempunyai bisnis.
Manajer
yang meyakini bahwa pelanggan adalah satu-satunya “pusat laba” sejati perusahaan menganggap
bahwa diagram organisasi tradisional berbentuk piramid dengan presiden berada
pada puncaknya, manajemen di tengah, dan orang-orang garis depan serta
pelanggan pada bagian bawah sudah tertinggal zaman. Perusahaan pemasaran yang
berhasil adalah yang membalik diagram tersebut.
o
Perencanaan
Strategik & Proses Pemasaran
Perencanaan
Strategis (Strategic Planning) adalah proses mengembangkan dan
mempertahankan kecocokan strategis antara tujuan dan kemampuan perusahaan serta
peluang pemasaran yang sedang berubah. Perencanaan strategis adalah proses yang dilakukan suatu organisasi untuk menentukan strategi atau arahan, serta mengambil
keputusan untuk
mengalokasikan sumber dayanya (termasuk modal dan sumber
daya manusia) untuk
mencapai strategi ini.
Berdasarkan
beberapa pengertian diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa perencanaan
strategis adalah adalah menemukan cara agar perusahaan dapat menggunakan
kemampuannya dengan cara terbaik untuk mengambil keuntungan dari peluang yang
berubah. Rencana strategis mendefinisikan misi dan tujuan
perusahaan secara keseluruhan. Dalam setiap unit bisnis pemasaran memainkan
peran dalam membantu pencapaian seluruh tujuan strategis.
o Lingkungan
Mikro & Makro Perusahaan
Lingkungan Mikro Perusahaan merupakan pelaku yang dekat dengan
perusahaan dan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk melayani pelanggannya. Lingkungan
mikro perusahaan terdiri dari: perusahaan, pemasok, perantara pemasaran, pasar
pelanggan, pesaing, dan masyarakat.
§
Perusahaan
Dalam
merancang rencana pemasaran, manajemen pemasaran memperhitungkan kelompok dalam perusahan seperti
manajemen puncak, keuangan, riset dan pengembangan, pembelian, operasi,
akuntasi. Semua kelompok saling berhubungan membentuk lingkungan internal.
Kelompok-kelompok ini bekerja sama secara harmonis untuk memberikan nilai dan
kepuasan pelanggan yang unggul.
§
Pemasok
Pemasok
membentuk hubungan penting dalam keseluruhan sistem penghantar nilai
perusahaan. Pemasok menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan
untuk menghasilkan barang dan jasanya. Masalah pemasok sangat mempengaruhi
pemasaran karena apabila pemasok masalah akan mengurangi penjualan perusahaan
dan mengurangi nilai kepuasan pelanggan.
§
Pesaing
Konsep
pemasaran yang berhasil apabila perusahaan dapat menyediakan nilai dan kepuasan
pelanggan yang lebih besar daripada pesaing. Oleh karena itu, perusahaan harus
menyesuaikan pemasaran dengan kebutuhan konsumen sasaran. Perusahaan juga harus
memiliki strategi penawaran yang lebih kuat dari penawaran pesaing dalam
pikiran konsumen.
§
Masyarakat
Masyarakat
adalah kelompok yang mempunyai potensi kepentingan atau kepentingan nyata, atau
pengaruh pada kemampuan organisasi untuk mencapai tujuannya. Ada tujuh tipe
masyarakat: Masyarakat keuangan, masyarakat media, masyarakat pemerintah,
masyarakat Lembaga Swadaya Masyarakat, masyarakat lokal, masyarakat umum,
masyarakat internal.
Lingkungan Makro Perusahaan merupakan kekuatan sosial yang lebih besar
yang mempengaruhi lingkungan mikro perusahaan. Lingkungan makro perusahaan
terdiri dari: Lingkungan demografis, ekonomi, alam, teknologi, politik, dan
budaya.
§
Lingkungan Demografis
Demografi
adalah studi kependudukan manusia menyangkut ukuran, kepadatan, lokasi, usia,
jenis kelamin, ras, lapangan kerja, dan data statistik lain. Lingkungan demografi menjadi
minat utama perusahaan karena lingkungan demografis menyangkut masyarakat, dan
masyarakat membentuk pasar.
§
Lingkungan Ekonomi
Lingkungan
ekonomi adalah faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli dan pola pengeluaran
konsumen. Suatu bangsa mempunyai tingkat dan distribusi pendapatan yang sangat
beragam. Sejumlah negara mempunyai ekonomi subsisten-negara mengkonsumsi
hasil pertanian dan industrinya sendiri. Negara-negara menawarkan peluang pasar
yang kecil. Ekonomi industry-menawarkan pasar yang kaya untuk berbagai
jenis barang yang berbeda.
§
Lingkungan Alam
Lingkungan alam memperlihatkan
kekurangan potensial dari bahan baku tertentu, biaya energi yang tidak stabil,
tingkat populasi yang meningkat, dan gerakan “hijau” yang berkembang untuk
melindungi lingkungan.
§
Lingkungan Teknologi
Lingkungan
teknologi adalah kekuatan yang menciptakan teknologi baru, menciptakan produk,
dan peluang pasar, yang baru. Teknologi telah menciptakan benda-benda yang
mengagumkan seperti antibiotik, pembedahan robotik, alat-alat elektronik mini,
komputer, laptop, dan internet. Dengan adanya teknologi baru maka akan
menciptakan pasar dan peluang baru.
§
Lingkungan Politik
Keputusan
pemasaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan dalam lingkungan
politik. Lingkungan politik terdiri dari hukum, badan pemerintah, dan kelompok
LSM yang mempengaruhi atau membatasi berbagai organisasi dan individu di dalam
masyarakat tertentu.
§
Lingkungan Budaya
Lingkungan
budaya terdiri dari institusi dan kekuatan lain yang mempengaruhi nilai dasar,
persepsi, selera, dan perilaku masyarakat. Manusia tumbuh dalam masyarakat
tertentu yang membentuk keyakinan dan nilai dasarnya
2.
DASAR PEMASARAN SYARIAH
o
Dari
Era Rasional ke Emosional ke Spiritual
Banyak orang mengatakan, pasar
syariah adalah pasar yang emosional (emotional
market), sedangkan konvensional adalah pasar yang rasional (rational market). Maksudnya, orang
tertarik untuk berbisnis pada pasar syariah karena alasan-alasan keagamaan (dalam
hal ini agama Islam) yang lebih bersifat emosional, bukan karena ingin
mendapatkan keuntungan finansial yang bersifat rasional. Sebaliknya, pada pasar
konvensional atau non-syariah, orang ingin mendapatkan keuntungan finansial
yang sebesar-besarnya, tanpa terlalu peduli apakah bisnis yang digelutinya
tersebut mungkin menyimpang atau malah bertentangan dengan ajaran agama
(Islam).
Coba kita tengok
pendapat seorang praktisi perbankan syariah tentang dikotomi pasar emosional
dan pasar rasional, Budi Wisakseno. Beliau, yang merupakan mantan Direksi Bank
Muamalat Indonesia dan pernah menjabat sebagai Direktur Utama Bank Syariah Mega
Indonesia, mengatakan bahwa pemahaman dikotomi antara nasabah rasional dan
nasabah emosional adalah keliru.
Cara berpikir seperti itu, katanya
dilandasi oleh teori pemasaran konvensional yang berpaham sekuler; segala hal
yang berlandaskan cara berpikir keagamaan serta-merta akan dianggap sebagai
sesuatu yang tidak rasional.
Memang, praktik bisnis dan
pemasaran sebenarnya bergeser dan mengalami transformasi dari level intelektual
(rasional), ke emosional, dan akhirnya ke spiritual. Pada akhirnya, konsumen
akan mempertimbangkan kesesuaian produk dan jasa terhadap nilai-nilai spiritual
yang diyakininya.
Di level intelektual (rasional),
pemasar menyikapi pemasaran secara fungsional-teknikal dengan menggunakan
sejumlah tools pemasaran, seperti
segmentasi, targeting, positioning, marketing-mix, branding,
dan sebagainya. Kemudian, di level emosional, kemampuan pemasar dalam memahami
emosi dan perasaan pelanggan menjadi penting. Disini pelanggan dilihat sebagai
manusia seutuhnya, lengkap dengan emosi dan perasaannya. Jika di level
intelektual otak kiri si pemasar paling berperan, di level emosional otak
kananlah yang lebih dominan. Beberapa konsep pemasaran yang ada pada level
emosional ini antara lain experiential
marketing dan emotional branding.
o
Spiritual
Marketing Sebagai Jiwa Bisnis
Kejutan besar dilakukan oleh
Stephen R. Covey, penulis buku legendaris, The
7 Habit of Highly Effective People. Di penghujung puncak kariernya sebagai
konsultan kelas dunia, ia menerbitkan buku baru, The 8th Habit: From Effectiveness to Greatness. Covey akhirnya
berkesimpulan bahwa faktor spiritual merupakan faktor kunci terakhir yang harus
dimiliki seorang pemimpin dalam suatu perusahaan. Seorang pemimpin harus
memiliki empat style, “The 4 Roles of Leadership”, yaitu Pathfinding (perintisan), Aligning
(penyelarasan), Empowering
(perbedayaan), dan Modeling
(panutan). Pada bagian akhir inilah Covey kemudian menyadari bahwa untuk
menjadi seorang pemimpin yang bisa jadi panutan (modeling), seorang pemimpin haruslah memimpin berdasarkan prinsip.
Orang lain akan percaya kepada Anda jika Anda memahamidan hidup berdasarkan
prinsip-prinsip. Pemimpin harus mampu menyatukan kata dengan perbuatan, dan
pemimpin adalah orang yang layak dipercaya. Kata kunci untuk semua ini adalah
kejujuran yang senantiasa menjadi bagian dari nilai-nilai spiritual.
Spiritual
marketing adalah puncak dari marketing itu sendiri. Spiritual marketing as the soul of business
akan menjadi jiwa bagi suatu bisnis. Ia bagai pelita yang menerangi lingkungan,
memancarkan cahaya kebenaran, ditengah-tengah kegelapan. Meluruskan
praktik-praktik pemasaran yang menyimpang seperti kecurangan, kebohongan,
propaganda, iklan palsu, penipuan, kezaliman, dan sebagainya. Karena itu,
nilai-nilai kebenaran yang dianut seseorang akan selalu terpancar dalam praktik
spiritual marketing-nya sehari-hari.
Spiritual
marketing adalah bentuk pemasaran yang dijiwai nilai-nilai
spiritual dalam segala proses dan transaksinya, hingga ia sampai pada suatu
tingkat ketika semua stakeholders
utama dalam bisnis (pelanggan, karyawan, dan pemegang saham), pemasok,
distributor, dan bahkan pesaing sekalipun memperoleh kebahagiaan. Lebih dari
itu, bagi seorang Muslim, Spiritual
marketing mengandung nilai-nilai ibadah dan diyakini mendapat ganjaran
pahala dari Allah Swt. di akhirat kelak.
o
Karakteristik
Syariah Marketing
Kata “syariah” (al-syari’ah) telah ada dalam bahasa Arab
sebelum turunnya Al-Quran. Kata yang semakna dengannya juga ada dalam Taurat
dan Injil. Kata syari’at dalam bahasa Ibrani disebutkan sebanyak 200 kali, yang
selalu mengisyaratkan pada makna “kehendak Tuhan yang diwahyukan sebagai wujud
kekuasaan-Nya atas segala perbuatan manusia”.
Sedangkan kata syari’ah dalam
Al-Quran disebutkan hanya sekali, yaitu pada Surah Al-Jatsiyah, “Kemudian Kami
jadikan kamu berada diatas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu,
maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang
yang tidak mengetahui” (QS. Al-Jatsiyah: 48:18).
Kata syariah berasal dari kata syara’a al-syai’a yang berarti
“menerangkan” atau “menjelaskan sesuatu”. Atau, berasal dari kata syir’ah dan syari’ah yang berarti “suatu tempat yang dijadikan sarana untuk
mengambil air secara langsung sehingga orang yang mengambilnya tidak memerlukan
bantuan alat lain”.
Syaikh Al-Qaradhawi mengatakan,
cakupan dari pengertian syariah menurut pandangan Islam sangatlah luas dan
kompherensif (al-syumul). Di dalamnya
mengandung makna mengatur seluruh aspek kehidupan, mulai dari aspek ibadah
(hubungan manusia dengan Tuhannya), aspek keluarga (seperti nikah, talak,
nafkah, wasiat, warisan), aspek bisnis (perdagangan, industri, perbankan,
asuransi, utang-piutang, pemasaran, hibah), aspek ekonomi (permodalan, zakat,
bait al-mal, fa’i, ghanimah), aspek hukum dan peradilan, aspek undang-undang
hingga hubungan antar-negara.
Ada 4 karakteristik syariah marketing yang dapat menjadi
panduan bagi para pemasar sebagai berikut:
§ Teistis
(rabbaniyyah) : jiwa seorang syariah marketer meyakini bahwa hukum-hukum
syariat yang teistis atau bersifat ketuhanan ini adalah yang paling adil,
paling sempurna, paling selaras dengan segala bentuk kebaikan, paling dapat
mencegah segala bentuk kerusakan, paling mampu mewujudkan kebenaran,
memusnahkan kebatilan dan menyebarluaskan kemaslahatan.
§ Etis
(akhlaqiyyah) : Keistimewaan lain dari syariah marketer selain karena teistis
(rabbaniyyah) juga karena ia sangat mengedepankan masalah akhlak (moral, etika)
dalam seluruh aspek kegiatannya, karena nilai-nilai moral dan etika adalah
nilai yang bersifat universal, yang diajarkan oleh semua agama.
§ Realistis
(al-waqiyyah) : syariah marketer adalah konsep pemasaran yang fleksibel,
sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah islamiyah yang melandasinya. Syariah
marketer adalah para pemasar professional dengan penampilan yang bersih, rapi
dan bersahaja, apapun model atau gaya berpakaian yang dikenakannya, bekerja
dengan mengedepankan nilai-nilai religius, kesalehan, aspek moral dan kejujuran
dalan segala aktivitas pemasarannya.
§ Humanistis
(insaniyyah) : keistimewaan syariah marketer yang lain adalah sifatnya yang
humanistis universal, yaitu bahwa syariah diciptakan untuk manusia agar
derajatnya terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, serta
sifat-sifat kehewanannya dapat terkekang dengan panduan syariah. Syariat islam
diciptakan untuk manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa menghiraukan ras,
warna kulit, kebangsaan dan status. Hal inilah yang membuat syariah
memiliki sifat universal sehingga menjadi syariah humanistis universal.
3.
PENDEKATAN PEMASARAN SYARIAH
o
Berbisnis
dengan Konsep Syariah
Bisnis merupakan kegiatan muamalah.
Bisnis yang sehat adalah bisnis yang berlandaskan pada etika. Oleh karena itu,
pelaku bisnis muslim hendaknya memiliki kerangka etika bisnis yang kuat,
sehingga dapat mengantarkan aktivitas bisnis yang nyaman dan berkah.
1. Jujur
Sifat jujur merupakan sifat
Rasulullah saw. yang patut ditiru. Rasulullah saw dalam berbisnis selalu
mengedepankan sifat jujur. Beliau selalu menjelaskan kualitas sebenarnya dari
barang yang dijual serta tidak pernah berbuat curang bahkan mempermainkan
timbangan.
2. Amanah
Amanah dalam bahasa Indonesia
adalah dapat dipercaya. Dalam transaksi jual beli, sifat amanah sangatlah
diperlukan karena dengan amanah maka semua akan berjalan dengan lancar. Dengan
sifat amanah, para penjual dan pembeli akan memiliki sifat tidak saling
mencurigai bahkan tidak khawatir walau barangnya di tangan orang. Memulai
bisnis biasanya atas dasar kepercayaan. Oleh karena itu, amanah adalah komponen
penting dalam transaksi jual beli.
3. Ramah
Banyak orang yang susah untuk
berperilaku ramah antar sesama. Sering kali bermuka masam ketika bertemu dengan
orang atau bahkan memilah milih untuk berperilaku ramah. Padahal, ramah
merupakan sifat terpuji yang dianjurkan oleh agama Islam untuk siapa saja dan
kepada siapa saja. Dengan ramah, maka banyak orang yang suka, dengan ramah
banyak pula orang yang senang. Karena sifat ramah merupakan bentuk aplikasi
dari kerendahan hati seseorang. Murah hati, tidak merasa sombong, mau
menghormati dan menyayangi merupakan inti dari sifat ramah. Oleh karena itu,
bersikap ramahlah dalam transaksi jual beli karena dapat membuat konsumen
senang sehingga betah atau bahkan merasa tentram jika bertransaksi.
4. Adil
Adil merupakan sifat Allah Swt. dan
Rasulullah Saw merupakan contoh sosok manusia yang berlaku adil. Dengan adil,
tidak ada yang dirugikan. Bersikap tidak membeda-bedakan kepada semua konsumen
merupakan salah satu bentuk aplikasi dari sifat adil. Oleh karena itu, bagi
para penjual semestinya bersikap adil dalam transaksi jual beli karena akan
berdampak kepada hasil jualannya. Para konsumen akan merasakan kenyamanan
karena merasa tidak ada yang dilebihkan dan dikurangkan.
o
Berbisnis
dengan Qalbu
Konsep pemasaran inilah yang merupakan
“inti” dari konsep pemasaran syariah. Muncul aspek kejujuran, empati, cinta,
dan kepedulian terhadap sesama yang merupakan berbisnis dengan qalbu (hati).
Inti dari spiritual marketing ini adalah kejujuran yang dilandasi dengan
keyakinan akan Maha Agungnya, Maha kuasa, Maha Melihat, Maha Mendengar dan Maha
Besarnya Allah AWT, yang akan mengawasi setiap perbuatan manusia. Keyakinan
inilah yang menuntun umat Islam, agar selalu berprilaku jujur dan baik dalam
segala kegiatan kehidupan ini. Semua perilaku kegiatan kembali kepada
hati.
o
9
Etika Pemasar
Ada sembilan etika pemasar, yang
akan menjadi prinsip-prinsip bagi syariah marketer dalam menjalankan
fungi-fungsi pemasaran, yaitu:
1. Memiliki
kepribadian spiritual (takwa)
2. Berprilaku
baik dan simpatik (Shidq)
3. Berprilaku
adil dalam bisnis (Al-Adl)
4. Bersikap
melayani dan rendah hati (Khidmah)
5. Menepati
janji dan tidak curang
6. Jujur
dan terpercaya (Al- Amanah)
7. Tidak
suka berburuk sangka (Su’uzh-zhann)
8. Tidak
suka menjelek-jelekkan (Ghibah)
9. Tidak
melakukan sogok (Riswah)
4.
MEMBANGUN BISNIS DENGAN NILAI-NILAI
SYARIAH
o
Membangun
Nilai-Nilai Kejujuran Dalam Bisnis
Ulama terkemuka abad ini, Syaikh
Al-Qaradhawi mengatakan, di antara nilai transaksi yang terpenting dalam bisnis
adalah al-amanah (kejujuran). Ia
merupakan puncak moralitas iman dan karakteristik yang paling menonjol dari
orang yang beriman. Bahkan, kejujuran merupakan karakteristik para nabi. Tanpa
kejujuran, kehidupan agama tidak akan berdiri tegak dan kehidupan dunia tidak
akan berjalan baik. Sebaliknya, kebohongan adalah pangkal kemunafikan dan ciri
orang munafik.
Oleh karena itu, sifat terpenting
bagi pebisnis yang diridhai Allah adalah kejujuran. Kejujuran ini merupakan
faktor penyebab keberkahan bagi pedagang dan pembeli. Kedustaan yang paling
tercela adalah jika diiringi dengan sumpah kepada Allah Ta’ala. Syariah
membenci banyaknya bersumpah dalam berdagang meskipun ia jujur, karena di dalam
sumpah ada unsur pelecehan nama Allah. Orang yang banyak melakukannya
dikhawatirkan akan terjerumus ke dalam kebohongan.
Al-Quran memerintahkan pada manusia
untuk jujur, ikhlas, tulus, dan benar dalam semua perjalanan hidupnya, dan ini
sangat dituntut dalam bidang bisnis syariah.
o
Keadilan
Versus Keserakahan
Salah satu prinsip dari bermuamalah
yang harus menjadi akhlaq dan harus tertanam dalam diri pemasar adalah sikap
adil (al-‘adl). Lawan kata dari keadilan adalah kedzaliman (Al-Dzulm), yaitu
sesuatu yang telah diharamkan Allah atas diri-Nya sebagaimana telah
diharamkan-Nya atas hamba-Nya.
o
Sifat-Sifat
yang Membangun Dalam Bisnis
Ada empat hal yang menjadi key success factors (KSF) dalam mengelola suatu bisnis, agar mendapat celupan
nilai-nilai moral yang tinggi. Untuk memudahkan mengingat, kita singkat dengan
SAFT, yaitu:
1. Shiddiq
(benar dan jujur) : jika seorang pemimpin senantiasa berprilaku benar dan jujur
dalam sepanjang kepemimpinannya, jika seorang pemasar sifat shiddiq haruslah
menjiwai seluruh prilakunya dalam melakukan pemasaran, dalam berhubungan dengan
pelanggan, dalam bertransaksi dengan nasabah, dan dalam membuat perjanjian
dengan mitra bisnisnya.
2.
Amanah
(terpercaya, kredibel) : artinya, dapat dipercaya, bertanggung jawab, dan
kredibel, juga bermakna keinginan untuk untuk memenuhi sesuatu sesuai dengan
ketentuan. Diantara nilai yang terkait dengan kejujuran dan melengkapinya
adalah amanah.
3. Fathanah
(cerdas) : dapat diartikan sebagai intelektual, kecerdikan atau kebijaksanaan.
Pemimpin yang fathanah adalah pemimpin yang memahami, mengerti dan menghayati
secara mendalam segala hal yang menjadi tugas dan kewajibannya.
4. Thabligh
(komunikatif) : artinya komunikatif dan argumentatif. Orang yang memiliki sifat
ini akan menyampaikannya dengan benar (berbobot dan dengan tutur kata yang
tepat (bi al-hikmah). Berbicara dengan orang lain dengan sesuatu yang mudah
dipahaminya, berdiskusi dan melakukan presentasi bisnis dengan bahasa yang
mudah dipahami sehingga orang tersebut mudah memahami pesan bisnis yang ingin
kita sampaikan.
Keempat KSF ini merupakan sifat-sifat Nabi Muhammad
Saw yang sudah sangat dikenal tapi masih jarang diimplementasikan khususnya
dalam dunia bisnis.
Sumber Referensi:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar